Chaos: Ketidaksempurnaan Adalah Kesempurnaan Sejati
foto: menertibkan massa dalam pawai taaruf (sumber: Nurul Iman Media) |
Pernahkan
kalian mendengar kata chaos?
Pastinya
sudah tidak asing lagi ya. Secara bahasa chaos berasal dari bahasa Inggris yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai kekacauan. Kata ini sering dipakai
jika ada kekacauan, kekisruhan, atau kebrutalan dalam kumpulan massa.
Dalam
sains, chaos merupakan rujukan bagi fenomena di mana sistem yang tampaknya
sederhana dan deterministik dapat menghasilkan perilaku yang sangat kompleks,
tak terduga, dan sensitive terhadap kondisi awal. Teori ini menjelaskan
bagaimana perubahan kecil pada kondisi awal suatu sistem bisa menyebabkan
perbedaan yang sangat besar dan perkembangan sistem tersebut di kemudian hari
yang sering kali tidak dapat diprediksi dengan tepat.
Teori ini
terdiri dari beberapa konsep yang membangunnya. Di antaranya butterfly
effect, nonlinearitas, serta fraktal dan dimensi fraktal. Butterfly effect yakni gambaran bahwa
perubahan kecil bisa menjadikan perubahan yang sangat besar di masa depan.
Contohnya, di mana kepakan sayap kupu-kupu di Brasil dapat memicu badai di Texas.
Nonlinearitas adalah perubahan satu variabel tidak selalu menghasilkan
perubahan yang proporsional dalam variabel lainnya. Fraktal dan dimensi fraktal
adalah pola berulang pada berbagai skala. Meskipun dikaitkan dengan kekacauan
dan ketidakpastian, hal ini bukan berarti acak. Hal ini menjadikan prediksi
dalam jangka panjang hampir mustahil dilakukan secara akurat.
Contohnya
nyata dari teori chaos adalah ramalan atau prediksi cuaca. Sampai saat ini
tidak ditemukan prediksi yang tepat. Hal ini karena perubahan kecil dari suhu
atau tekanan udara dapat menyebabkan perbedaan besar dalam pola cuaca setelah
beberapa hari. Atau populasi hewan dengan spesies tertentu dapat berfluktuasi
secara chaotic. Misalnya populasi predator dan mangsa seringkali dipengaruhi
oleh dinamika non-linear yang bisa mempengaruhi populasi menjadi tidak stabil
dan tidak terduga dalam jangka waktu tertentu.
Contoh
nyata pada kehidupan adalah sistem keuangan dan ekonomi. Harga saham, suku
bunga, kebijakan ekonomi, serta reaksi dari pelaku pasar menyebabkan fluktuasi
harga sulit diprediksi. Pengaruh kecil seperti inflasi, kebijakan monitor
bahkan politik dapat memicu pasar keuangan.
Lalu
bagaimana dengan manusia dengan manusia lainnya? Hah? Gimana maksudnya?
Gini,
kita sering mengharapkan dan mengandai-andai kesempurnaan atau menginginkan
yang orang miliki seperti wibawa, kepemilikan, keilmuan, dan lain sebagainya?
Bahkan di era kini, hanya dipantik dengan cuplikan video saja bisa menciptakan
angan yang bisa menyebabkan keinginan untuk menjadi sesempurna seseorang dari
sudut pandangnya.
Tidak
bisa dipungkiri, pasti setiap manusia normal pernah terbersit angan seperti
itu. Lalu, jika semuanya memiliki angan demikian, apa si yang diingankan
manusia sesungguhnya? Apa si yang dikejar dari kesempurnaan? Wibawa,
kecerdasan, kepemilikan, validasi? Atau apa?
Jika
wibawa, bisa hilang begitu saja. Bisa hilang dengan satu gesture saja. Jika
kecerdasan, bisa berkurang apabila intensitas pengaplikasiannya menurun. Jika
kepemilikan, bisa lenyap begitu saja. Jika validasi, manusia mudah lupa dengan
pencapaian orang lain.
Menjadi
manusia yang sejati dan sejatinya manusia adalah tujuan yang hampir diidamkan
seluruh manusia. Semua cara dilakoni untuk mencari jalan kesempurnaan baik dari
segi ilmu, kepemilikan, validasi, dan sebagainya.
Apakah
mungkin? Bukankah sudah dicontohkan oleh alam melalui teori chaos. Bahwa tidak
ada pola yang sama bahkan perubahan sekecil kepakan sayap kupu-kupu bisa
menyebabkan perubahan yang besar di sisi lain. Alam adalah petunjuk alamiah
dari Tuhan secara langsung.
Bahkan
dalam kesempurnaan alam ciptaan Tuhan ini, banyak hal yang sepertinya tidak
sempurna. Misalnya, kenapa diciptakan gunung api aktif jika akhirnya akan
diletuskan. Kenapa ada gempa bawah laut jika akhirnya bisa membuat kesedihan
bagi umat Muhammad, dan lain sebagainya. Kenapa membuat dua kutub di bumi,
kenapa ada di kutub tidak tersinari matahari setiap tahun? Kenapa ada garis
khatulistiwa? Dan lain sebagainya.
Semua
yang sudah diciptakan oleh Tuhan sudah diperhitungkan sedemikian rupa agar
tercipta keseimbangan bagi makluknya. Meskipun di dalamnya terdapat teori
chaos. Adanya alam ini merupakan bentuk kesempurnaan meskipun ketika nalar
manusia dituruti untuk bertanya kenapa tidak ada habisnya.
Sama
seperti manusia. Kita pikir kita tidak sempurna. Betul. Kita tidak sempurna
apabila tolak ukurnya adalah sesama manusia. Ada yang tinggi tapi ngga putih.
Ada yang bisa nyanyi tapi ngga pinter matematika. Ada yang kaya tapi kurang
nyaman. Ada yang sederhana tapi tenang. Dan lain sebagainya.
Kesempurnaan
apa yang sebenarnya dicari oleh manusia. Bermanfaat bagi sesama manusia sesuai
dengan hadis? Mari kita fokuskan pada sesama manusia. Yang dimaksud siapa?
Kan, ngga seluruh. Semampunya saja. Tidak mungkin ketika memiliki manfaat bagi
A, si B akan dapat juga dan senang. Tidak bisa.
Lalu
kesempurnaan sesungguhnya yang seperti apa?
Ya.
Kesempurnaan yang sesungguhnya bagi manusia adalah ketidaksempurnaan itu
sendiri. Mau segetol apapun usaha, mustahil menjadi angan-angan yang menjadi
tolok ukur manusia. Kesempurnaan bagi manusia ya diciptakannya dengan dibelaki
akal yang sempurna dan kesempurnaan fisik yang seimbang dan proporsional
(golden rasio).
Post a Comment for "Chaos: Ketidaksempurnaan Adalah Kesempurnaan Sejati "
Post a Comment