Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran: Rujukan Menanamkan Adab Terhadap Al-Quran
kitab tibyan fi adabi hamalatil quran (foto: doc.pribadi) |
Sebagai
kaum muslim, mengenali dan memahami kitab suci Al-Qur’an merupakan kewajiban
untuk menjadikan landasan hukum dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk
mempelajarinya diperlukan ilmu lain yang menyandingi dalam memahami dan belajar
Al-Qur’an. Sebagai manusia yang memiliki akal dan bisa membedakan yang benar
dan salah, sepantasnya dalam memperlakukan Al-Qur’an harus mengikuti kaidah
dengan tujuan menghormati Al-Qur’an. Hal ini sebagai adab seseorang terhadap
sumber hukum Islam dan pedoman bagi kaum muslim. Sehingga perlakuan terhadap
Al-Qur’an tidak bisa seperti buku pada umumnya. Namun perlu diperlakukan secara
khusus.
Untuk
mencapai tahap seperti itu, tidak bisa lepas dari kajian ulama ahli quran.
Perlu belajar secara teori bagaimana memperlakukan Al-Qur’an. Kitab karangan
Abi Zakariya Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’i bisa menjadi rujukan
untuk mengetahui cara memperlakukan Al-Qur’an. Karya tersebut yakni At-Tabyan
Fii Adabi Hamlatil Qur’an yang menjadi karya tulis yang dipelajari di seluruh
belahan bumi termasuk di Indonesia. Kitab ini membahas rupa-rupa hal yang
berkaitan dengan Al-Qur’an mulai dari tata krama membaca, mengajarkan,
meletakkan, sampai mendapatkan upah dari Al-Qur’an.
Selaras
dengan judulnya, kajian di kitab ini dominan pada adab atau akhlak ketika
bercengkerama dengan Al-Qur’an. Karangan ulama Damaskus ini poluler di kalangan
santri yang biasa disebut dengan kitab Tibyan. Beliau juga produktif dalam
menerbitkan karya tulis di antaranya yakni, Arbain Nawawiyah, al-Adzkar,
Riyadhus Shalihin, Minhajut Thalibin, Syarah Shahih Muslim, dan al-Majmu’
Syarhu Muhadzzab.
Dari
berbagai karya beliau, ciri khas yang dimiliki yakni ringkas dalam suatu
disiplin ilmu tertentu dan membahas sampai ke inti ilmu tersebut. Seperti di
Tibyan, beliau mengupas habis adab terhadap kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.
Di kitab ini, beliau membagi menjadi 10 bab yang mana di bab 10 nama dan
istilah yang digunakan di kitab tersebut. Pada bab satu membahas keutamaan membaca
dan orang yang menghafalnya. Pada bab dua membahas keunggulan pembacaan dan
pembaca Al-Qur’an dari lainnya. Pada bab tiga membahas memuliakan ahli Qur’an
dan larangan mengganggunya. Pada bab empat membahas adab pengajar al-Qur’an dan
pelajarnya. Pada bab lima membahas adab penghafal al-Qur’an dan pahalanya. Pada
bab enam membahas adab pembacaan al-Qur’an. Pada bab tujuh membahas adab semua
orang terhadap al-Qur’an. Pada bab delapan membahas ayat-ayat dan surat-surat
yang dianjurkan membaca pada waktu dan keadaan tertentu. Pada bab sembilan
membahas penulisan dan menuliskan mushaf. Pada bab sepuluh membahas lafad-lafad
dari kitab Tibyan.
Dari
kesemuanya membahas tentang bagaimana menghormati dan memperlakukan Al-Qur’an
sebagai kitab suci dalam berbagai keadaan. Di bagian awal menjelaskan keutamaan
belajar dan mengajarkan Al-Qur’an daripada ilmu yang lain. Sebab dikatakan
bahwa tidak ada kerugian apapun ketika membaca, belajar dan atau mengajarkan
al-Qur’an.
Bagi guru
maupun yang belajar mesti memiliki niat yang tulus kepada Allah SWT. Bagi guru
tidak boleh mengharapkan imbalan apapun dari mereka serta tidak boleh marah
ketika mereka pindah pada guru lainnya. Sebab ada kebebasan bagi pelajar untuk
memilih guru dengan mempertimbangkan sanad keilmuannya. Pada intinya, guru
harus murni dan tulus untuk mengajar bukan untuk urusan duniawi. Ketika
mengajar guru hendaknya menggunakan pakaian yang bersih, pantas dan menggikuti
hukum syar’i dalam kehidupan sehari-harinya.
Bagi
penghafal al-quran tidak diperkenankan menjadikan sumber penghasilan dari sana.
Artinya mereka tidak boleh mengharapkan upah berupa uang atau ketenaran
karenanya. Namun ada perbedaan antara beberapa ulama. Ada yang menerima ketika
diberi ada pula yang sebaliknya. Wallahu alam. Namun, poinnya jangan pernah
mengharapkan.
Untuk
waktu pembacaan al quran paling utama adalah ketika shalat. Sedangkan ketika di
luar shalat, paling utama adalah di setengah malam yang terakhir. Namun di
waktu antara magrib dan isya itu disukai oleh Allah. Untuk siang hari, selepas
shalat shubuh menjadi waktu paling baik. Terlepas dari itu, tidak ada waktu
yang menyebabkan kemakruhan untuk membaca al-quran.
Kitab ini cocok diberikan pada pelajar di seluruh usia sebab kitab ini mengajarkan adab terhadap quran dan ahlul quran sehingga bisa menjadi bekal sepanjang hayat. Namun sebaik mungkin diberikan di awal masa pembelajaran. Kitab ini mudah didapatkan di toko kitab terdekat atau ecommerce dengan harga yang masih terjangkau di berbagai kalangan.
Post a Comment for "Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran: Rujukan Menanamkan Adab Terhadap Al-Quran"
Post a Comment