ffffff
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
banner here

Tidak Ada Acara Tanpa Kendala: Urgensinya Tahu Sains di Samping Paham Agama


Masih di seputaran the bigest event di Nurul Iman, di tahun ini, 2024, tidak lepas dari hal-hal yang tidak terdeteksi sebelumnya. Ya, sebab acara ini tersusun oleh banyak komponen yang kompleks dan butuh kejelian, kepekaan, insting, chemistry, and others. Pokoknya ngga cuma yang kalian lihat di atas panggung saja, ngga cuma yang ada di konten saja, bukan yang tertangkap camera live saja. Banyak yang (mungkin) perlu kita benahi baik secara pribadi maupun kelompok/organisasi. Kalau kata si bijak, membenahi diri terlebih dahulu sebelum membenahi organisasi atau kelompok. Cukup relate sama suatu acara yang dibangun oleh beberapa komponen yang berbeda. Kesadaran akan suatu hal atau lebih cukup penting untuk saling mencegah dan atau mengatasi kejadian yang tidak terduga.

Sama halnya dengan suatu hari di belakang layar haflah akhirussanah, ada hal yang cukup fatal terjadi ketika acara sedang digelar. Siapa yang menduga akan ada kebakaran di roll sound system. Dan itu benar kejadian ketika acara sudah berjalan. Dengan penyebab yang tidak diketahui, api menyambar begitu saja. Meski tidak besar, namun cukup menjadi bahan untuk dibenahi supaya kita lebih teliti dan hati-hati akan tools yang akan digunakan.

Nah, dari sini sebagai lembaga dengan basic ilmu agama, rasanya sudah harus melek dengan kebenaran dan kepedulian dengan sains. Kenapa? Disadari atau tidak, banyak hal-hal yang ada di sekitar kita basicnya dari sains. Seperti matematika, fisika, kimia, dan turunan dari matematika lainnya. Ya realistis aja ya. Tidak memungkiri jika masalah itu selesai dengan berserah diri pada yang kuasa melalui doa-doa. Namun perlu usaha yang membumi, seperti tahu basic sains untuk menunjang hidup biar ngga ngawur-ngawur amat. Seperti di fisika sendiri, kelistrikan menjadi hal primer untuk hidup di era sekarang. Kadang kita mikir enaknya aja. Belum kepikiran sampai bagaimana si listrik itu bekerja? Untuk alat elektronik sendiri memiliki batasan-batasan tersendiri akan efektifitas pemakaiannya. Bukan hanya mengedepankan nilai ekonomis belaka. Seperti berapa arus yang bisa dilalui oleh kabel dengan bahal ini dan hambatannya. Berapa usia produktifnya. Berapa hambatannya jika digunakan secara parallel. Bagaimana sebaran energy yang diberikan. Dan lain sebagainya yang memang menjadi ilmu khusus agar safety.

Meskipun sudah diakui oleh yang bersangkutan tidak mengetahui penyebabnya, pasti ada suatu kondisi yang diabaikan di sana. Entah dari sisi pemakaian, perawatan, atau usianya. Ada ketidaksesuaian yang tidak dipahami oleh pengguna. Sekarang, mau ngomong ngga perlu sains? Cuma perlu berserah diri pada yang maha kuasa? Tidak apa-apa, tidak masalah kok.

Lalu sebelum berlangsungnya acara juga perlu perhitungan yang menjadi basic dari matematika. Ruh dari matematika yaitu perhitungan secara presisi akan banyak hal. Disition making. Ini menjadi konsep dari matematika yang bagi masyarakat awan sering dipakai secara praktek. Dalam merencanakan suatu kegiatan, pasti ada rencana terlebih dahulu dan ada penempatan mulai dari yang pokok, perlu, cukup, dan tidak perlu atau didasarkan dari skala prioritas. Pemilihan urutan ini sederhananya dari desition making. Untuk memutuskan sesuatu pastinya berasal dari hal yang perlu sampai yang tidak perlu. Dalam kegiatan juga seperti itu. Yang menjadi rangkaian dan dibaliknya juga memiliki urutan prioritas yang sudah diperhitungan dengan presisi. Namun, hal itu terlupakan dalam penyiapan tools tadi. Sekarang tahu kan, gimana si andilnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

Sains juga berperan dalam seluruh pergerakan kita di bumi ini. Kita hidup bukan hanya perlu agama untuk selamat. Bukan hanya agar selamat di akhirat saja namun juga perlu selamat juga di bumi bukan?

Dikotomi agama dan sains sudah saatnya dicukupkan. Keduanya sama perlunya untuk menemani hari-hari kita agar selamat. Sholat dan berdoa saja tidak cukup ramah untuk makhluk bumi. Mengurusi ilmu yang ada di bumi saja tidak cukup ramah untuk yang ada di atas. Coba kolaborasikan, integrasikan, gabungkan, analogikan, keduanya. Menjadi manusia yang cerdas (mungkin) menjadi impian seluruh manusia yang waras. Cerdas secara intelektual, spiritual, emosional, sosial, perlu untuk bertahan di bumi dan mempersiapkan hidup di akhirat. Sekarang, coba perlebar jangkauan mata, renungi, resapi apa saja yang membangun kita sehingga seperti ini. Pastinya Tuhan menciptakan berbagai ilmu untuk membekali manusia hidup sebagai khalifah di bumi bukan? Lantas kenapa masih mau mendikotomikan ilmu tersebut.

Sebegitu urgent-nya memahami sains untuk memodelkan hidup yang ideal. Agama perlu, sosial juga perlu dan agama bagian dari sosial. Serta yang kadang terabaikan di lembaga keagamaan, sains juga tak kalah perlunya. Meskipun setiap ilmu ada ahlinya, perlu tidak si tahu basic-nya untuk membekali diri agar selamat? Silakan jawab di dalam hati masing-masing.

Tabik


Dipta_edu
Dipta_edu Hanya seorang pembelajar

Post a Comment for "Tidak Ada Acara Tanpa Kendala: Urgensinya Tahu Sains di Samping Paham Agama"

Youtube