Hijrah Cinta, Gus Luqman: Mahabbah Tidak Bisa diukur dengan Kacamata Syari’at!
Mahabbah atau
cinta, sekata yang sering didengar, namun dalam mendefinisikannya tiap orang
memiliki cara pengartian yang berbeda-beda. Tidak ada satu artian pasti yang
dapat menjadi simpul untuk menjelaskannya. Dan perbedaaan rasa dalam sekata itu
merupakan hal sah bagi setiap orang yang mendapatkannya.
Laila-Majnun,
sebuah kisah melegenda di mana kisah cinta keduanya terhalang oleh restu
orangtua Laila. Dikutip dari kitab ‘Uqala al-Majanin (Kitab
Kebijaksanaan Orang-orang Gila). Qais ibn Mu’adz yang karena kecintaanya pada
Laila, membuat ia mendapat julukan Majnun atau gila. Dikisahkan bahwa, “Qais
pernah berpapasan dengan dua orang pemburu yang telah mendapatkan rusa dan
mengikat empat kakinya. Ketika Qais melihat rusa tersebut memberontak dalam
ikatan, Qais menangis dan berkata, ‘Lepaskan rusa itu.’ Para pemburu menolak.
Qais kembali berkata, ‘Sebagai penggantinya, untuk kalian ambilah dombaku.’ Dua
pemburu itu menyerahkan rusa itu kepada Qais dan Qais menerimanya, lantas
melepaskannya, seraya bersyair,
Wahai yang
senasib sama dengan Laila! Jangan kau pandangi aku!
Bunga air
terjun tidak akan memujimu
Engkau serupa
dengan Laila kecuali satu hal kecil,
Engkau punya
tanduk atau berkaki kecil”
Dalam kisah
lainnya disampaikan oleh Gus Luqman, bahwa Qais berlari melewati depan
jamaah yang sedang melaksanakan sholat isya’ saat mengejar anjing Laila. Dan
pada saat selesai sholat, sang imam menegur Qais dan Qais pun menjawab, “Demi
Allah, aku tidak melihat kalian sedang sholat. Seandainya, kalian sholat atas
cinta kalian kepada Allah, sebagaimana cintaku kepada Laila, maka kalian tidak
mungkin akan melihatku lari di depan kalian.”
Bentuk lain
dari mahabbah, salah satunya yaitu dengan bersholawat. Sholawat merupakan
contoh perwujudan mahabbah kita kepada baginda Rasulullah saw. Dalam sebuah
senandung syair sholawat,
Anta Syamsun
Anta Badrun, Anta Nurun Fauqo Nurin
(Engkau bagai
matahari, engkau bagai purnama, engkau cahaya diatas Cahaya)
Sebuah
perumpamaan dalam ungkapan mahabbah, seperti Majnun yang mengumpamakan rusa
seperti Laila dan syair sholawat diatas yang mengumpamakan Rasulullah bagai
matahari, bulan, serta cahaya diatas cahaya. Sehingga menurut beliau Gus
Luqman, Mahabbah itu sudah tidak dapat dicerna dengan akal sehat dan mahabbah
tidak bisa diukur dengan kacamata syari’at.
-Inggit Ariska-
Post a Comment for "Hijrah Cinta, Gus Luqman: Mahabbah Tidak Bisa diukur dengan Kacamata Syari’at!"
Post a Comment