Berorganisasi Dengan Sewajarnya
Bersosial
tidak akan ada habisnya selagi masih hidup dengan normal. Yang mana masih
membutuhkan dan berinteraksi secara intens dengan manusia lain. Sebagai manusia
yang hidup di tengah kerumunan masyarakat, skill bersosial sangat diperlukan
untuk mempermudah hidup kita. Bagaimanapun kondisinya, orang lain pasti akan
selalu dibutuhkan.
Dalam
organisasi juga demikian. Kemampuan sosial seseorang dipertaruhkan di sana.
Ketika memiliki kemampuan yang kurang atau bahkan lebih tidak akan menimbulkan
dampak yang baik. Yang wajar-wajar saja. Hal ini berlaku bagi pemuda, santri,
orang tua, relawan, dan segala lapisan masyarakat yang berkaitan dengan
organisasi, sekecil RT pun perlu.
Berorganisasi
artinya mengumpulkan banyak isi kepala dalam satu wadah. Isi kepala tersebut
agar tidak bergolak keluar wadah, harus diredam dengan baik sehingga tidak ada
cipratan keluar. Mudahnya seperti itu analoginya. Antar sesama anggota bersikap
atau berperan sewajarnya saja. Tundukkan ego demi keputusan bersama yang tidak
memberatkan sepihak. Nah, agar bisa mencapai tahap demikian, perlu tiap anggota
memperhatikan beberapa hal berikut ini.
Sesuai
dengan jobdesk, tidak saling rebut jobdesk. Dalam organisasi atau
kepanitiaan, pastinya di awal pembentukan ada poin-poin utama yang harus
dikerjakan oleh masing-masing devisi atau bagian. Hal ini guna mempermudah
suatu organisasi untuk mencapai tujuan dibentuknya organisasi tersebut. Setiap
divisi cukup melakukan apa yang ada di awal beserta pemekaran atau tugas
turunannya. Sekalipun memiliki ide lain yang tidak ada di bagian tugasnya,
diskusikan atau berikan masukan pada divisi yang bersangkutan. Namun terkait
keputusan dilaksanakan atau tidaknya masih menjadi wewenang divisi yang tadi. Semua
divisi atau anggota memiliki tugas masing-masing yang saling berkaitan sehingga
antar satu dengan lainnya perlu koordinasi. Bukan malah mengambil alih jobdesk
yang lain. Fokus pada tugas dari divisi masing-masing.
Koordinasi
dengan baik. Namanya juga berdampingan dengan sesama manusia
yang merupakan makhluk sosial, pastinya sesama untuk menyelesaikan masalahnya.
Kecuali situ bisa baca pikiran orang lain silakan tanpa diskusi. Tapi jika
tidak alangkah baiknya diskusikan dulu agar mencapai kesepakatan dan tidak
menimbulkan keributan internal. Ngga salah kok, kalo tanya-tanya mulu. Namanya
belum tahu dan butuh kejelasan, kan. Hal itu wajar sekali dalam organisasi.
Koordinasi yang baik bisa menjadi pemicu terciptanya organisasi yang sehat.
Dengan koordinasi pula bisa meminimalisir kesalahpahaman antar anggota.
Komunikasikan
dengan sesama anggota. Komunikasi menjadi penentu tercapainya suatu
tujuan. Jika seseorang menyampaikan sesuatu kepada yang lainnya, tidak menutup
kemungkinan timbul perspektif yang berbeda. Apa yang disampaikan tidak sinkron
dengan apa yang diterima. Komunikasi yang baik bisa menjadi solusi dalam hal
ini. Zoon politicon sangat butuh dengan komunikasi. Masa hanya gara-gara ngga
ada komunikasi organisasi menjadi hancur itu sudah sangat lumrah. Cari hal lain
dong biar beda. Tapi tidak perlu menghancurkan organisasi juga kok. Komunikasi
diakui secara sadar dan tidak sadar menjadi pemicu utama keberhasilan suatu
organisasi. Tanpa adanya komunikasi yang baik sistem tidak ada artinya. Sistem
hanya berakhir sistem yang tidak ada eksekusinya. Wacana belaka. Padahal pelaku
dari sistem kan manusia. Artinya, tanpa adanya komunikasi sistem hanya sebagai
apa yang direncanakan, tanpa ada hasilnya. Mau bilang apa? Sistem tidak ada
artinya tanpa komunikasi. Sebab pelaku dari sistem itu sendiri merupakan
makhluk sosial yang sangat dekat dengan komunikasi.
Libatkan
anggota yang lain. Ngga ada organisasi yang isinya cuma satu orang.
Pasti lebih dari satu orang. Apalagi organisasi besar pasti memiliki puluhan
bahkan ratusan anggota. Demi tercapainya tujuan, melalukan suatu hal dengan
bersama-sama niscaya lebih enteng dan tidak terasa capek. Beda dengan dilakukan
sendirian. Lebih kerasa capeknya. Hal ini senada dengan pepatah, “Berat sama
dipikul, ringan sama dijinjang”. Suatu pekerjaan akan menjadi ringan ketika
dilakukan bersama-sama. Kita bisa lihat dari cara kerja sapu lidi. Jika hanya
satu potong lidi, ngga bisa digunakan untuk menyapu dedaunan yang jatuh. Yang ada malah patah. Ngga kuat kalo
dilakukan oleh sepotong lidi. Namun sapu lidi terbentuk dari kumpulan lidi,
ratusan bahkan. Dengan bersatunya lidi, bisa kokoh membersihkan sampah yang
berserakan, tidak patah. Hal ini sama dengan organisasi. Libatkan sesama
anggota untuk mewujudkan tujuan awal. Meskipun mungkin suatu hal bisa dilakukan
seorang diri namun buat apa fungsinya organisasi atau teman kalo tidak diajak
bareng untuk menyelesaikan misi. Meskipun dengan bersama-sama lebih memakan
waktu yang tidak sedikit, namun dengan kebersamaan akan saling menguatkan satu
sama lain. Diibaratkan dengan berjalan sendirian pasti bisa berjalan dengan
cepat atau bahkan berlari. Namun ketika sedang lelah tidak ada yang memberi
bantuan. Berbeda ketika berjalan bersama. Meskipun tidak bisa cepat sebab
menyesuaikan dengan kondisi yang lain, namun ketika lelah ada yang memberi
bantuan dan semangat.
Pada intinya, berorganisasi ada takarannya. Jangan kurang dan jangan lebih. Sebab organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dan semua wajib terlibat. Sewajarnya saja dalam berorganisasi. Tidak saling sikut atau malah ambil jobdesk divisi lain. Bukan malah makin top tapi malah keliatan rendahnya kemampuan sosialnya.
Post a Comment for "Berorganisasi Dengan Sewajarnya"
Post a Comment