Sifat Yang Mesti Dimiliki Santri Untuk Berjihad
source: Nurul Iman Media |
Santri
merupakan salah satu identitas yang tidak hanya menempel ketika hidup di
pesantren. Menjadi santri lebih dari itu. Santri merupakan suatu perilaku,
bukan profesi. Jadi, identitas sebagai santri akan terus menempel pada diri
seseorang selama hidupnya dengan terus mempertahankan perilaku yang baik.
Menjadi
seorang santri tidak serta merta santai dan tanpa impian atau target. Namun
meski berprogres setiap harinya. Yang mana seperti istilah yang sudah sering
kali kita dengar, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini. Artinya, santri terus belajar untuk meningkatkan
apapun yang ingin didalaminya. Berprogres dalam kebaikan adalah hal yang wajib
menjadi pegangan santri.
Namun,
hal tersebut mesti diikuti atau diimbangi dengan sifat yang harus dimiliki oleh
santri. Dua sifat tersebut yakni iqdam dan sabar.
Iqdam
artinya berani untuk maju ke depan. Santri harus berani maju dan menunjukkan
bahwa dirinya mampu dan bisa untuk melakukan sesuatu, Walaupun di akhir tidak
tau yang akan terjadi, namun berani untuk maju harus dimiliki santri. Sebab
keberanian tersebut merupakan salah cara untuk mengalahkan mental lawan bicara
atau lainnya. Dengan berani maju, paling tidak sudah menang dalam hal gaya untuk
bisa melakukan sesuatu. Otomatis, dengan keberanian dan percaya diri, yang lain
atau lawannya pasti satu langkah lebih mundur. Paling tidak sudah punya bekal
menang gaya. Perkara hasil biarkan mengalir saja. Apabila di akhir kok diejek
atau direndahkan berarti itu tandanya sudah menjadi manusia yang sejati. Sebab
menjadi manusia tidak ada artinya tanpa haters. Nabi SAW yang merupakan manusia
paling sempurna saja memiliki haters yang tidak sedikit, bahkan lintas zaman.
Apalagi santri sebagai manusia biasa tidak boleh kaget atau minder ketika
diejek atau direndahkan. Syekh Mutawalli Asy Say’rawi menyampaikan bahwa manusia
sejati itu memiliki haters. Hal ini juga senada dengan Sudjiwo Tejdo, Presiden
Jancukers.
Musuh
atau haters terbagi menjadi dua, yakni:
Musuh
yang datang dengan sendirinya. Musuh jenis ini merupakan golongan orang-orang
yang iri dengan apa yang dimiliki seseorang dan sang haters tersebut tidak bisa
memiliki atau mencapai hal tersebut. Jadilah, hanya bisa memaki, mencela, dan
mengolok-olok saja.
Musuh
yang datang karena dicari. Haters jenis ini datang sebab kesombongan seseorang.
Meskipun nyatanya memang memiliki kelebihan namun jika disertai dengan sifat
sombong yang merendahkan orang lain pasti akan mengundang hujatan dari nitizen
yang budiman, Sepantasnya ketika memiliki kelebihan jangan diikuti dengan
sombong, biasa aja.
Jadi,
ketika ada yang membenci atau yang tidak suka koreksi diri terlebih dahulu dari
mana sumber kebencian itu. Namun, yang namanya manusia tidak bisa mengendalikan
orang lain. Jadi kendalikan diri sendiri saja supaya mengurangi rasa sombong
dan penyebab iri hati lainnya.
Sabar
adalah sikap yang wajib dimiliki santri. Sabar secara istilah berarti menahan,
mencegah, atau tabah. Kehidupan santri yang penuh lika liku harus diimbangi
dengan sifat sabar agar menginginkan hasil yang maksimal. Jika tidak dengan
sabar ya tidak bisa mencapai tujuan awalnya. Sebab dunia pesantren terkadang
keras dan butuh kesabaran untuk menaklukkannya.
Santri
harus sabar ketika diolok-olok orang lain, sebab menjadi sesuatu yang berbeda
tidak jarang menjadi hal yang tidak lazim dan menimbulkan gejolak di antaranya,
salah satunya yakni olokan. Santri harus menyikapi dengan sabar, bukan balik
melempar olokan. Luntur seketika ketika santri malah saling olok dengan
masyarakat. Menjaga marwah santri dengan sabar sangat diperlukan.
Selain
itu, ketika di pesantren juga harus sabar dalam mengaji. Santri pantang putus as
ajika belum bisa. Harus terus mencoba sampai bisa. Paling tidak mengusahakan.
Jangan mudah menyerah dengan hanya melihat progress teman yang lebih banyak.
Namun, senantiasa sabar sebab start-nya tidak sama. Setiap diri memiliki proses
yang berbeda. Ketika belum bisa harus terus mencoba, bukan malah terus pulang
dan tidak mau berangkat. Itu tidak benar.
Hidup di pesantren
juga harus sabar menahan rindu dengan rumah. Tahan sekuat mungkin. Indahnya
rindu ketika temu akan terasa begitu dalam dan bermakna. Jika dalam jangka
waktu dekat pulang, tidak ada kesan dari kerinduan ketika pulang. Selain itu,
mengaji juag perlu istiqomah dan terus menerus. Sehingga sangat tidak
disarankan bagi santri untuk bolak balik ke rumah dalam jangka waktu yang
dekat. Meskipun kadang ada fase jenuh, bertahanlah di pesantren. Meskipun
sedang malasa dan tidak mengaji, pasti masih bisa melihat dan mendengar orang
mengaji sehingga jiwa tidak terlampau kosong.
Dua sifat
itulah yang menjadi bekal santri untuk jihad agar bisa menjayakan negeri. Iqdam
dan sabar harus selalu dalam genggaman santri. Di pesantren harus berani untuk
maju ke depan dan memiliki sifat sabar untuk bertahan. Meskipun kehidupan
pesantren tidak selamanya menyenangkan, namun pasti ada barokahnya hidup di
pesantren dan mengaji. Barokah tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan ketika
sudah pulang dan berkiprah di masyarakat. Jadi jangan terburu-buru pulang.
Disampaikan
oleh Agus Mohammad Isa Kharisul Murtadlo dalam penutupan Hari Santri Nasional
2023, Rabu 25 Oktober 2023
Ditulis
ulang oleh Irna Mr
Post a Comment for "Sifat Yang Mesti Dimiliki Santri Untuk Berjihad"
Post a Comment