Ini Tentang Ibu: Yakin Sudah Siap?
source: NIMedia |
Memiliki
seorang anak merupakan anugerah yang pantas untuk disyukuri setiap saat.
Kehadiran anak dapat menjadi obat ketika dunia sedang tidak baik-baik saja.
Ketika lelah bekerja, begitu melihat anak semua rasa lelah seolah langsung
hilang. Yang tadinya mau langsung tidur berbalik kepada anak dan mengajaknya
main barang sebentar. Tentunya seperti apapun kondisi anak, tidak ada orang tua
yang membenci anaknya. Terlebih seorang ibu.
Perempuan
yang menyandang status seorang ibu, mau tidak mau harus menurunkan egonya demi
sang buah hati yang membutuhkan bantuan dan bimbingan. Istilah merelakan mimpi
demi seorang anak memang benar adanya. Anak yang terlahir sebagai bayi yang
hanya bisa menangis, tidur, buang air, dan makan, sangat bergantung
kehidupannya kepada orang di sekitarnya, khususnya ibu. Bagaimana tidak,
semenjak awal kehidupannya saja sudah menyatu dengan ibu, bukan ayah. Meski
ayah juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Namun sentuhan ibu
berpengaruh besar dalam perkembangan anak.
Dunia
anak masih seputar ibu dan keluarga. Seluruh waktu anak dihabiskan dan
melibatkan ibu. Dari sinilah mungkin istilah ibu adalah madrasah pertama bagi
seorang anak muncul. Bagaimana kebiasaan dan didikan awal berasal dari seorang
ibu, meskipun nantinya dikembangkan di sekolah. Namun yang utama adalah ibu.
Dari beberapa kali membantu mengajar di idadiyah yang notabane-nya masih
balita, ibu menyumbang beberapa hal terhadap perkembangan anak. Di antaranya
sebagai berikut:
Kemampuan
akademik. Salah satu tujuan dari lembaga pendidikan yakni peningkatan
kemampuan akademik. Bagi seorang balita, kemampuan akademik memiliki ikatan
yang kuat dengan kondisi seorang ibu. Di balik anak dengan kemampuan akademik
yang bagus pasti ada seorang ibu yang dengan telaten mengajarkan di rumah.
Entah itu secara langsung atau memfasilitasinya dengan guru privat. Selain itu,
kedisiplinan dan konsistensi seorang ibu juga terlibat. Sebab anak merupakan
peniru yang ulung. Sehingga satu kejadian yang berulang-ulang akan melekat pada
anak.
Kemampuan
emosional. Cara mendidik anak juga bisa dilihat dari kepribadian anak. Sebab
kembali lagi, anak adalah peniru yang ulung. Anak dengan didikan yang lembut
dan penuh kasih sayang akan menghasilkan anak yang penyayang dan tidak arogan.
Namun anak yang dididik dengan keras akan menghasilkan anak yang keras dan
kadang arogan. Kesabaran seorang ibu juga bisa terlihat dari anak. Anak yang
mudah emosi biasanya juga memiliki ibu yang mudah emosi.
Kemampuan
sosial. Dunia anak yang memang berputar di sekitaran ibu, namun tidak
berarti anak tidak melakukan interaksi sosial dengan sekitar. Sekarang
seringkali orang tua yang mengaku sudah mengajarkan kepada anak dan anak bisa
lancar ketika di rumah, namun ketika di sekolah hasilnya zonk. Anak hanya mau
dengan orang tua atau ibu. Padahal di sekolah tidak hanya ada orang tua atau
ibu. Selama di sekolah, tanggung jawab sementara berpindah ke guru. Namun apa
jadinya jika anak hanya mau dengan orang tua. Inilah pentingnya melatih anak
untuk interaksi dengan sekitar. Hal ini harus dimulai dari ibu yang mengajaknya
bermain dengan tetangga. Semakin luas interaksi anak semakin baik untuk
perkembangan anak.
Rasa
percaya diri. Belajar di sekolah artinya anak tidak hanya belajar seorang diri.
Anak akan bertemu dengan orang-orang baru dan teman sebaya yang baru pula.
Lingkungan dan kondisi sekitar juga akan berbeda dengan kebiasaan di rumah yang
tidak selalu seramai sekolah. Di sinilah kepercayaan orang tua pada anak harus
diberikan sepenuhnya. Ibu harus tega melihat dan mendengar tangisan anak yang
tidak nyaman dengan guru dan teman yang baru. Ibu harus membiarkan anak untuk
sendiri dan memberi dukungan moril. Ibu harus meyakinkan bahwa anak bisa
bergabung dengan guru dan teman tanpa rasa takut. Hal tersebut paling hanya
bertahan selama seminggu. Setelahnya anak sudah terbiasa dan drama makin
berkurang. Namun ibu harus siap mental di awal untuk mendengar tangisan anak.
Post a Comment for "Ini Tentang Ibu: Yakin Sudah Siap?"
Post a Comment