Mondok Sambil Kuliah? Ya Kali Ngga Bisa!
Source : NIMedia |
Santri dan mahasiswa merupakan suatu hal yang berbeda,
baik secara detail pengertian dan ruang lingkupnya. Namun, tak jarang banyak
mahasiswa yang berperan sebagai seorang santri sekaligus santri yang berperan
sebagai mahasiswa. Fenomena tersebut biasanya terjadi pada mahasiswa rantau
yang memilih untuk masuk ke pondok pesantren daripada nge-kost. Pilihan
tersebut yang memiliki double peran karena keinginan sendiri atau juga
bisa karena kebijakan yang dibuat oleh kampus, seperti beberapa perguruan
tinggi islam di Indonesia.
Tapi apa itu santri dan mahasiswa? Dan apa yang
membedakan antara keduanya?
Santri adalah sebutan bagi seseorang yang sedang
mengikuti, menepuh, atau memperdalam pendidikan agama Islam pada sebuah badan lembaga
atau yayasan, seperti pondok pesantren. Sedangkan mahasiswa adalah sebutan
untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik
institut, universitas, sekolah tinggi, maupun akademi. Perbedaan antara
keduanya yaitu, meliput: metode dan proses belajar-mengajar, lingkungan, interaksi
antar unsur. Jika di pesantren antara ustadz, kyai, dan santri, maka di
perguruan tinggi ada dosen dan mahasiswa, ilmu yang dikaji, dan lain
sebagainya.
Perbedaan yang dijabarkan tidak membuat keduanya tak
dapat disatu-padukan. Karena, faktanya banyak mahasiswa dan santri yang
melingkup ke dalam dua peran tersebut. Dengan demikian, sudah banyak ditemukan
pondok pesantren yang memberi keringanan peraturan pada santri yang berkuliah,
seperti jadwal mengaji yang menyesuaikan jadwal kuliah, diperbolehkannya
membawa alat elektronik (handphone dan laptop), bahkan membawa kendaraan
(motor). Kebijakan tersebut dilaksanakan semata karena tugas dan kepentingan
sebagai seorang mahasiswa, yang memiliki berbagai kesibukan serta dianggap
sudah lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak.
Menjalankan dua peran sebagai santri dan mahasiswa
capek gak sih?
Mungkin pertanyaan ini sering banget diutarakan banyak
orang. Kiranya capek gak ya? Jawabannya, pasti capek dong, apalagi
jadwal yang selalu padat antara ngaji, mengerjakan tugas, dan kuliah. Belum
lagi untuk para mahasiswa yang menjadi aktivis di kampus. Namun, semua lelah
akan terbayar dengan pencapaian yang diraih oleh diri sendiri. Nah, daripada
itu karena jadwal dan kesibukan yang selalu terstruktur sehingga menjadi suatu
hal yang biasa.
Lalu bagaimana nih kira-kira jika kedua hal tersebut
saling berperan?
Biasanya dalam membedakan antara mahasiswa-santri dan
mahasiswa biasa adalah perilaku dan adabnya. Penanaman akhlak dan adab pada
pribadi manusia merupakan suatu hal yang pasti ada pada setiap pondok
pesantren, dan kemudian itulah yang akan dipraktekkan para santrinya dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pesantren, masyarakat, kampus, dan
dimanapun mereka berada. Salah satu contoh prakteknya dalam lingkungan kampus
yaitu bersikap tawadhu’; ta’dzim; dan beberapa adab terperinci
lainnya.
Selain itu, sebagai seorang mahasiswa pastinya juga
memiliki banyak hal positif yang bisa disalurkan pada lingkungan pesantren,
seperti berfikir kritis, memiliki wawasan yang lebih luas, kreatif, dan
memiliki rasa percaya diri yang lebih. Semua hal itu sangat bermanfaat untuk
kemajuan dan kejayaan pondok pesantren. Contohnya saja seperti kreatifitas para
santri dalam menyusun konsep pada kegiatan yang terselenggara, kritis dalam
menganalisis suatu masalah yang sedang dimusyawarahkan, serta membuat agenda
untuk melatih meningkatkan kepercayaan diri para santri, dan banyak lainnya.
Jadi mahasiswa dan santri ketika bersinergi akan
menghasilkan output yang memiliki kualitas tinggi. Sebab, di dunia pesantren
mendapatkan keutamaan adab, keilmuan islam, dan soft skill serta di dunia
perkuliahan mendapatkan keilmuan umum, kritis, akademis, serta soft skill pula.
Hal ini dapat tercapai jika dan hanya jika menjadi pribadi dengan semangat yang
tinggi, disiplin, dan tidak mudah menyerah.
Post a Comment for "Mondok Sambil Kuliah? Ya Kali Ngga Bisa!"
Post a Comment