Perkara Promosi, Santri Baru dan Siswa Baru Aja Udah Beda
Source : NIMedia |
Banyak
orang mengartikan tahun ajaran baru sebagai awal dari perjuangan dalam dunia
pendidikan. Pada saat ini, para siswa, mahasiswa, bahkan santri mulai membuat
target pencapaiannya di tahun ajar yang akan dihadapi, seperti halnya target
dalam belajar (baik waktu, progress, maupun hasil), kemudian nilai, prestasi
dan lain sebagainya. Semua hal akan dilakukan untuk mendapat hasil yang
maksimal di akhir tahun ajaran bahkan di akhir jenjang hingga langkah ke
depannya menjadi daya tarik tersendiri.
Kita
petakan menjadi dua aja ya, pendidikan formal dan non formal dalam artian siswa
dan santri. Meski masih dalam satu naungan yakni di bidang pendidikan, namun
pernah disadari engga si? Keduanya memiliki sisi yang berbeda. Termasuk dalam
mempertimbangkan dalam memilih di awal pendaftaran. Dari berbagai lembaga yang
menawarkan pasti ada satu atau dua yang menjadi inceran, kan? Sampe akhirnya
dipilih satu deh, yang menurut diri sendiri paling sreg dan sesuai dengan
kriteria yang sudah dikantongi.
Lalu
apa aja si yang membedakan keduanya?
Oke,
kita mulai dari yang pendidikan formal dulu ya. Dari berbagai sekolah baik
negeri, swasta, di bawah naungan kemendikbud maupun kemenag, secara sadar atau
tidak kita memiliki beberapa acuan berikut ini
Satu,
memastikan akreditasi dan prestasi akademik lembaga. Akreditasi merupakan suatu
faktor yang sangat penting dan berpengaruh besar, sebab akan menjadi penentukan
kelayakan dan mutu sesuai dengan SNP atau Standar Nasional Pendidikan. Dengan
akreditasi yang minimal baik secara global sekolah dikatakan layak dan bisa
bersaing dengan sekolah lain serta mutu pendidikan yang bisa dipercaya. Paling
tidak sekolah tersebut sudah bukan lagi di tahap merintis. Jadi, pendidikan
yang diselenggarakan sudah tertata dan bias terhindar dari bahan trial and
error.
Dua,
sarana pra-sarana yang memadai. Dengan adanya sarana pra-sarana yang memadai
dapat memberi dampak besar bagi proses belajar-mengajar yang sedang berjalan.
Karena, hal itu akan menunjang keberhasilan para peserta didik untuk mencapai
kemampuan dalam segi motoric, kognitif, sosial, maupun emosional.
Tiga,
lokasi. Tak kalah penting, lokasi juga merupakan hal yang selalu menjadi bahan
pertimbangan. Bagaimana tidak? kebanyakan orangtua disamping memperhatikan
kualitas sekolah, mereka juga memperhatikan jarak tempuh ke sekolah. Sebagian
besar orangtua memilih untuk menyekolahkan anaknya di lokasi terdekat dari
tempat tinggalnya. Eits, yang terpenting lokasi pendidikan yang strategis yaa.
Empat,
kehidupan sosial dan ekstrakulikuler. Melalui hal ini peserta didik akan
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi sosial, minat, dan bakatnya.
Kalo
di pendidikan non-formal, dalam hal ini pondok pesantren, calon santri perlu
mempertimbangan beberapa hal berikut ini:
Satu,
Kenali latar belakang pesantren dan biografi pengasuh/guru. Dari latar belakang
berdirinya pesantren, secara tidak langsung kita akan mengetahui beberapa hal
secara garis besar yang ada di pondok pesantren tersebut. Seperti biografi dari
pendiri dan pengasuh yang tergolong sangat penting untuk diketahui, karena sanad
keilmuannya.
Dua,
kajian dalam pesantren. Jika kita ingin menjadi penghafal Al-Qur’an, maka kita
harus memilih pesantren yang memiliki program tahfidz. Sebaliknya jika yang
ingin dikaji adalah kitab kuning, maka kita harus memilih pondok pesantren yang
fokus dalam kajian kitab.
Tiga,
sistem pembelajaran. Mengetahui sistem pembelajaran pada pondok pesantren yang
akan dipilih, karena banyak sekali sistem pembelajaran yang diterapkan pada
pondok pesantren, sehingga tiap lembaga meiliki sistem pembelajaran yang
berbeda.
Empat,
sesuaikan dengan afilasi kultural. Maksud dari afilasi kultural disini adalah
jika secara kultural berlatar belakang NU, maka alangkah baiknya memilih pondok
pesantren NU, dan jika secara kultural berlatar belakang Muhammadiyah, maka alangkah
baiknya memilih pondok pesantren Muhammadiyah, serta lain sebaginya. Hal
tersebut dikarenakan agar tidak terjadi konflik sosial dalam lingkungan
pesantren, keluarga, dan sekitar.
Lima,
perhatikan keamanan, kenyamanan, dan sarana-prasarana yang tersedia. Rasa aman
dan nyaman yang tercipta membuat santri lebih cepat betah di pesantren dan hal
tersebut sangat berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang diberikan
pesantren.
Jadi
itulah beberapa hal yang disorot dari persiapan memasuki tahun ajaran baru. Meskipun sama-sama berada
di bidang pendidikan, namun ada saja yang membuat beda dari kedua jenis
pendidikan itu. Selain di atas, pastikan juga sekolah atau pesantren yang
hendak dituju sesuai budget sehingga tidak ada haqul adam yang tidak terpenuhi.
Keren mba ariska
ReplyDelete