Memang Berbeda, Tapi Tidak Sepenuhnya Keliru
Pemuda
merupakan salah satu rentan usia manusia, yang mana di Indonesia kini menjadi
mayoritas. Pemuda memiliki kekuatan dan masa yang banyak sehingga jika pemuda
bergerak serentak akan terjadi perubahan pada suatu hal tersebut.
Namun, di
tengah kondisi yang sering kali terjadi perbedaan, pemuda harus berperan
sebagai sosok yang mencegah terjadinya perdebatan bahkan permusuhan. Sebab,
sangat besar potensi dalam kehidupan yang menyebabkan perbedaan baik yang besar
ataupun yang kecil.
Di
Indonesai sendiri terdapat berbagai perbedaan, seperti suku, ras, agama,
bahasa, adat istiadat, dan masih banyak lagi. Namun, hal tersebut tidak
selamanya buruk bukan? Dengan perbedaan yang ada menjadikan kita memiliki bagian
yang menakjubkan sebab hal tersebut jarang di suatu lingkungan tertentu. Pun
sebaliknya, apa yang ada pada lingkungan kita menjadi hal yang menakjubkan di
suatu lingkungan lain.
Namun,
disayangkan jika ada perbedaan paradigma yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Apalagi dalam konteks agama. Sebab, seluruh agama mengajarkan kedamaian,
apalagi agama Islam sendiri. Agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tapi,
kenapa seolah ada kekerasan atau pemaksaan dalam beragama.
Meskipun
disebutkan sedari dulu, bahwa umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan namun
apa iya demi mempertahankan eksistensinya harus dibumbui dengan
ketidaknyamanan. Sedangkan sudah dapat dipastikan golongan itu akan ada di
akhir zaman, pasti hal itu akan terjadi bagaimanapun juga.
Perbedaan
tersebut dilandasi dari aqidah yang berbeda pula. Padahal aqidah atau keyakinan
itu harusnya ada di dalam hati. Setiap individu bebas meyakini apapun dan tidak
ada paksaan sedikitpun dari pihak lain. Karena aqidah merupakan suatu hal yang
bersifat privat.
Maka,
jika ada perbedaan yang timbul biarlah itu menjadi hiasan yang menambah kesan
dalam kehidupan. Tanpanya hidup ini akan hampa. Tanpa perbedaan juga, hadis
atau perkataan terkait terbaginya Islam menjadi 73 golongan tidak terbukti.
Kenapa
harus mencari perbedaan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan, sedangkan
kesamaan tetap menjadi mayoritas yang menyelimuti. Kita sama-sama saudara
sekeyakinan, jikalau tidak kita saudara dalam kemanusiaan. Simple bukan. Kita
semua saudara, sudah sepantasanya saling menghargai.
Dari
perbedaan pula, apa yang ada dalam diri atau kelompok kita mengandung
kebenaran, tapi tidak lepas dari kekeliruan. Namun dalam kelompok lain keliru,
tapi bisa jadi mengandung kebenaran.
Jadi tak
perlu mempermasalahkan perbedaan-perbedaan yang ada, cukup saling percaya
dengan apa yang diyakini masing-masing. Sebab kepercayaan itu sifatnya privasi
dan tidak boleh dipaksakan. Maka dengan itu, kita nyaman berdampingan, meski
ada beberapa hal yang berbeda.
Post a Comment for "Memang Berbeda, Tapi Tidak Sepenuhnya Keliru"
Post a Comment