Manusia, Azazil, dan Playing Victim
Lagi-lagi,
kita tak pernah lepas dari permasalahan yang menimpa tiap hari. Entah itu besar
atau kecil. Entah itu dirasa atau tidak dirasa. Namun, pasti memiliki
permasalahan yang beragam dan tak pernah berhenti tanpa masalah. Satu masalah
berakhir, masalah lain datang. Begitu seterusnya sampai kita tidak diberi rizki
lagi oleh Allah.
Dengan
adanya masalah, kita tak selamanya bisa menerima dengan hati yang luas,
terkadang dengan kesempitannya tak mau mengakui kekurangpasan dalam bertindak. Playing
victim muncul. Kondisi di mana menyalahkan pihak luar terkait permasalahan
yang menimpa kita. Kita seenaknya menyalahkan pihak lain, demi melindungi diri
dari stigma-stigma yang menumpaskan reputasi. Dan itu sangat sering terjadi.
Kita tidak mau mengakui kesalahan atau ketidaktepatan diri sendiri dan malah
melimpahkan kesalahan pada pihak lain. Padahal, alangkah lebih baiknya jika
kita memandang terlebih dahulu apa yang sudah terjadi pada diri sendiri dan
meninjau lebih jauh apakah dalam diri sudah benar atau malah kekeliruan berasal
dalam diri.
Ya. Sama
halnya dengan apa-apa yang kita perbuat terkait dengan kesalahan kita menjalin
berhubungan dengan Allah. Disadari atau tidak, setan seringkali kita salahkan
jika kita mengalami kelalaian dalam beribadah atau dalam aktivitas sehari-hari.
Padahal, setan diciptakan Allah untuk menguji keimanan manusia, apakah masih
tetap di jalan yang benar atau tidak. Iblis dahulu meminta untuk menyesatkan
Adam dan keturunannya.
Jadi,
dahulu Azazil, hidup di syurga bersama para malaikat sebelum Adam diciptakan.
Namun setelah Adam diciptakan, malaikat dan Azazil diperintah untuk bersujud
kepada Adam. Mengetahui dirinya diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari
tanah liat, rasa sombong dalam dada Azazil membuncah. Azazil protes kepada
Allah terkait hal tersebut dan tidak mau bersujud padanya. Padahal, Allah yang
lebih tau terkait ciptaan-Nya. Dengan itu, Azazil dikeluarkan dari syurga.
Rasa
sombong masih menyelimuti Azazil meski sudah dikeluarkan dari syurga. Azazil
mendatangi Allah dan menyampaikan rasa tidak terimanya tersebut. Akhirnya Allah
memberikan hak kepadanya untuk menggoda manusia sampai hari kiamat dan anak
turunnya tidak pernah mati sampai hari kiamat datang.
Dari
penggalan kisah di atas, sudah jelas Allah menyetujui permintaan iblis untuk
menyesatkan manusia. Maka manusia tidak usah menyalahkan iblis, cukup
mengendalikan diri supaya tetap berada di jalan yang diperintahkan Allah.
Bagaimana
ketika sudah terjadi kelalaian? Jangan salahkan setan, coba lihat kembali diri
sendiri, kita saja yang lalai sehingga mudah dijerumuskan oleh setan. Setan
hanya menjalankan pekerjaannya saja.
Simple,
tapi untuk dipraktekkan butuh pembiasaan yang lama.
Post a Comment for "Manusia, Azazil, dan Playing Victim"
Post a Comment