Sudahkah Anda Memberikan Kasih Sayang Pada Diri Sendiri?
Banyak dikatakan bahwa manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Bukan tanpa alasan ungkapan tersebut. Salah satunya yaitu Tuhan membekali manusia dengan hati dan akal dan dengan bekal tersebut sifat-sifat Tuhan akan terpercik. Percikan itu hanyalah dapat diperoleh oleh manusia.
Salah
satu dari sifat tersebut adalah sifat kasih dan sayang yang biasa disebut ar-Rahman
dan ar-Rahim. Tuhan dengan sifat ar-Rahman-nya memberikan kasih sayang
kepada seluruh umat-Nya baik yang taat pada-Nya ataupun tidak ketika di dunia.
Sedangkan dengan sifat ar-Rahim-Nya, Tuhan memberikan kasih sayang kepada
umat-Nya yang taat saja dan diberikan di akhirat kelak.
Jika
dikatakan di atas bahwa manusia memiliki percikan sifat Tuhan, bagaimana dengan
sifat kasih dan sayang manusia?
Manusia
mengekspresikan rasa tersebut dengan berbagai cara yang tidak terbatas baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Pengekspresian diberikan dengan
berbagai alasan dan tujuan yang terselubung. Ungkapan kasih sayang kepada orang
lain sudah menjamur di masyarakat, bagaimana dengan kasih sayang kepada diri
sendiri?
Kasih
sayang kepada diri sendiri menjadi hal yang cukup penting. Mengingat tidak
sedikit bertebaran di media ataupun real life yang menggambarkan bahwa terkadang
tidak memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh diri sendiri. Malah, akhirnya
melemparkannya kepada orang di sekitarnya.
Lalu
bagaimana cara memberikan kasih sayang pada diri sendiri?
Mengatakan
hal baik kepada diri sendiri. Tanpa disadari, kita butuh komunikasi dengan
diri sendiri, apapun bentuknya. Dengan perkataan yang ditujukan pada diri
sendiri menjadi salah satu sumber yang dapat meyakinkan diri. Bagaimana tidak,
diri sendiri sudah meyakinkan dan mengamini apa yang sedang atau hendak dilakukan.
Maka, katakanlah apa yang hendak dicapai pada diri sendiri sebagai suplemen
terbesar yang tidak didapatkan dari toko terbaik sekalipun. Bukan malah
mengutuki diri. Karena ucapan yang sering dikeluarkan sedikit banyak
mempengaruhi alam bawah sadar dalam diri. Maka, alangkah baiknya katakan yang
baik.
Berdiskusi
dengan diri sendiri. Bagaimana bisa? Seperti sebelumnya, diri perlu diajak ngobrol.
Ketika ada masalah, alangkah baiknya diskusi dengan apa yang ada di dalam diri.
Terlepas dari masukkan orang lain, keputusan final diskusikanlah dengan diri
sendiri. Karena apa yang ada di dalam diri akan keluar ketika diikutsertakan,
dari sanalah muncul pertimbangan dari berbagai solusi sehingga muncul
kemungkinan yang paling baik dan tidak menyakiti diri hanya karena mengikuti
saran orang lain. Padahal belum tentu yang ada di dalam diri bisa menerima.
Tidak
memaksakan diri. Terkadang kita mendambakan sesuatu, namun hal tersebut masuk
kategori sulit untuk diri. Maka, jangan memaksakan untuk mendapatkan dambaan
itu, kejar sewajarnya saja sekiranya tidak membuat apa yang ada di dalam diri
merintih kesakitan. Jangan karena suatu keindahan di luar membuat diri menangis
di tengah ruang gelap dalam diri.
Terima
penolakan. Penolakan bukan merupakan aib. Kita berhak menolak apa yang tidak
sesuai dengan apa yang ada di dalam diri. Penolakan juga menjadi salah satu
sikap yang dewasa. Di mana diri tidak terus menerus menuruti apa yang ada di
luar, tetapi mendengarkan pula yang ada di dalam. Penolakan terkadang menjadi pilihan
yang sulit, namun apa iya harus menerima seterusnya? Jika dalam diri lelah,
boleh deh sekali-kali menolak.
Mengapresiasi
pencapaian diri. Sekecil apapun, akui jika diri sudah hebat melalui proses itu.
Ini bukan untuk sombong atau semacamnya, namun lebih ke memberikan ruang
kepuasan pada diri sendiri. Karena realita yang ada, kadang terlalu
mengharapkan pengakuan orang lain yang akhirnya mengecewakan diri. Tapi,
kembali lagi, apakah diri sudah mengakui diri sendiri? Hal ini perlu diberikan
kepada diri, melalui hal apapun. Hang out, makan, jalan-jalan, nonton,
belanja, dan lainnya atau bahkan tidur seharian.
Beberapa di atas tentunya harus disesuaikan dengan kondisi sekitar. Perlu direnungi, apakah langkah yang akan diambil sudah tepat atau malah merugikan sekitar yang menimbulkan kerugian pula untuk diri. Jadi tidak sekadar menyenangkan diri sendiri dan hal ini pun dengan porsi yang secukupnya, tidak berlebihan.
Post a Comment for "Sudahkah Anda Memberikan Kasih Sayang Pada Diri Sendiri?"
Post a Comment