Mempertahankan Martabat Santri Di Tengah Bobroknya Seksualitas Dunia
Seksualitas merupakan suatu dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan mengfungsikan
secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas menjadi hasrat tersendiri yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebuah
kebutuhan biologis yang normal dimiliki oleh setiap orang, terlebih bagi mereka
yang sudah menginjak dewasa atau sudah pubertas. Seksualitas pada zaman
sekarang, hampir menjadi kebutuhan yang sangat urgent. Dimana perilaku
seksualitas, kini menjadi tantangan publik yang cukup menghawatirkan. Maraknya
terjadi penyimpangan seksual di tengah masyarakat saat ini, turut menjadikan
dampak seksualitas yang kian buruk pada era modern ini.
Baru baru ini gempar kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oleh oknum guru pesantren terhadap 12 santriwati, yang menyebabkan 8
korban hamil bahkan sudah melahirklan. Ini merupakan suatu tragedi yang menjijihkan bahkan mencemari dunia pesantren.
Perilaku bejad pelaku ini menjadi perhatian khusus, terutama santri agar tidak
terpengaruh kepada hal hal semacam itu.
Santri sebagai pionir muda, manusia beda dengan bekal agama,
mendapati suatu tantangan tersendiri dihadapkan dengan era zaman modern yang
terus berkembang tanpa melihat baik buruknya perkara. Santri pada umumnya
merupakan seorang pemuda dan pemudi yang beranjak dewasa. Dalam diri santripun
tertanam gairah seksualitas, sebagai tanda manusia normal pada umumnya. Sehingga
tantangan yang dihadapi sekarang yakni bagaimana mempertahankan martabat santri
ditengah bobroknya seksualitas dunia luar.
Pandangan masyarakat mengenai santri pasti tidak jauh
dari pemuda yang kerjaannya hanya mengaji. Presepsi masyarakat tersebut harus
diluruskan. Santri, selain mengaji juga harus dituntut sebagai agen perubahan
dunia luar yang semakin jauh dari koridor agama. Dalam kasus ini, menurut saya
santri harus bisa menguasai teknologi. Kenapa?, karena era digitalisasi seperti
ini memudahkan seseorang dengan mudah mengakses hal hal yang mereka inginkan.
Akses terhadap hal yang berbau porno, kini gampang dilakukan. Nah disini peran
santri sebagai generasi muda yang berbekal ilmu agama, bisa melakukan beberapa
cara agar para pemuda kini tidak terhasut dan terjerumus ke hal tersebut yang
bisa memicu kejahatan seksual. Hal yang bisa dilakukan santri seperti, membuat
poster poster dakwah atau ajakan untuk menjauih zina, ajakan untuk menutup aurat,
atau apapun yang sekiranya dapat dilakukan, selagi itu baik dan tidak menyalaih
ajaran agama. Penanaman pengetahuan tentang seksualitas baik di bidang agama,
sosial, dan hukum perlu diberikan oleh para santri yang sudah beranjak dewasa
ini. Para santtri menjadi tahu apa saja yang dampak, larangan, dan dijaga dalam
jiwa dan diri seorang santri terutama pada seksualitas ini. Emosi seksual dapat
terkontrol dengan baik, dengan adanya penanaman pengetahuan tentang seksualitas
ini terutama di bidang agama. Tak terlepas dari martabat seorang santri yaitu
bisa menjaga sikap, tingkah lagu dan yang terpenting adalah aurat santri
tersebut. Penanaman keimanan dan ketaqwaan kepada Allah juga penting diberikan,
demi mengkokohkan jiwa dan diri seorang santri agar tidak terjerumus ke hal
negatif terutama yang berhubungan dengan seksualitas ini.
Dalam kehidupan pribadi tentunya, suatu saat seorang
santri akan terjun ke masyarakat. Dalam hal ini bagaimana seorang santri akan
menyesuaikan dirinya kepada lingkungan. Lingkungan yang keras, akan menjadi
tantangan tersendiri bagi santri. Upaya memperbaiki kebejatan seksual juga
perlu usaha keras. Biasanya lingkungan akan sangat membawa dampak bagi diri
kita. Solusi yang tepat agar tidak terjerumus kepadaa seks menyimpang dimasyarakat
adalah dengan membuat majelis majelis keagamaan, atau kegiatan kegiatan positif
lainnya yang dapat kita ciptakan, dengan tutjuan membentengi diri kita dan
lingkungan masyarakat terhadap perilaku-perilaku menyimpang, khsususnya
pelecehan seksual.
Semoga dengan bertambahnya hari, beralihnya bulan,
bergantinya tahun, kasus kasus pelecehan semakin reda. Santri harus siap
menghadapi kenyataan yang ada pada masyarakat. Sebagai agen perubahan masa
depan, santri harus siap menghadapi tantangan seksualitas yang bisa lebih
parah. Santri harus bisa memposisikan dirinya sebagai santri dan dia juga harus
bisa memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang peduli terhadap keadaan
sekitar. Karena santri dididik sebagai manusia sosial bukan pribadi yang rakus
dunia yang mementingkan diri sendiri.
Post a Comment for "Mempertahankan Martabat Santri Di Tengah Bobroknya Seksualitas Dunia"
Post a Comment