Qothrol Ghois, Imrithi, dan Drama Menggemparkan Panggung Akhirussanah
Purwokerto – Pondok Pesantren Nurul Iman, Pasirwetan, Karanglewas, menggelar Akhirussanah hari ke-tiga. Acara yang sudah berjalan sejak dua hari lalu, 26 Mei 2021, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Syubanul Wathon. Tak lupa alunan ayat suci al-Quran dan Sholawat menggema dari sound system yang telah dipasang sebelumnya. Tak memakan waktu lama, alunan itu berakhir.
dari kiri; Ika, Ulfi, Akrom, Ibu Nyai Siti Zahroh, Irna, Inayah |
Selanjutnya, penampilan dari peserta khataman kitab Qothrol Ghois
yang dibawakan oleh 5 santri kelas 2. Kelima anak tersebut menaiki panggung
satu persatu. Satu barisan itu memulai dengan mengirim surat Al-Fatihah kepada
pengarang kitab, Syeikh Nawawi Al-Jawi, dan diawali dengan membaca muqodimah
bersama. Satu persatu peserta; Ika, Ulfi, Irna, Akrom, dan Inayah, mengeja
dengan lantang. Meski ada sedikit kekeliruan tak membuat mereka gentar. Tak berselang
lama, pembacaan selesai dan diikuti penyerahan syahadah oleh Ibu Nyai Siti Zahroh. Setelahnya Ibu
Nyai meninggalkan panggung diikuti oleh peserta, empat anak asli Banyumas dan
satu anak Cilacap.
dari kiri; Kang Dafa, Kang Tamir, Kang Anas belakang; Azka |
Penampilan berikutnya yaitu muhafadhoh Imrithi. Tiga santri
beriringan menaiki panggung diikuti Azka, santri putra yang membawa cajon untuk
mengiringi muhafadhoh. Tiga santri, Kang Dafa, Kang Tamir, dan Kang Anas, berjejer
duduk iftirasy. Atasan putih bersih dipadukan dengan sarung coklat memperkuat
aura santri yang terpancar darinya kala itu. Duduk menunduk menyimbolkan
ketawadu’an mereka. Penampilan diawali tawasul dipimpin oleh peserta paling
utara, Kang Anas. Cukup singkat, bait-bait nadhom Imrithi terlantun dari mulut
mereka. Diiringi tabuhan cajon oleh Azka menambah nikmat di telinga. Kang
Tamir tampak sangat menikmatinya, terlihat dari badannya yang bergerak mengayun
selaras dengan nadhom yang dilantunkan. Hadirin hidmat mendengarkannya. Tiga arjuna
malam itu memukau dan menjadi pusat perhatian. 254 bait itu dilantunkan sekitar
30 menit. Setelah selesai mereka tak langsung meninggalkan panggung. Sebab syahadah
akan diberikan oleh Gus Ais pada mereka. Kebanggaan terpancar dari aura Gus
Ais, ustadz mereka. Tak mau meninggalkan moment itu, mereka mengabadikan dengan
foto bersama. Setelahnya Gus Ais meninggalkan panggung diikuti mereka.
penampilan drama |
Tibalah di akhir penampilan, drama. Penampilan dari beberapa santri
ini menjadi moment hiburan yang ditunggu. Lampu dimatikan. Satu anak menaiki
panggung dan membacakan puisi, mba Ova dengan diiringi lagu khas anak
Palestina. Setelahnya, suara tembakkan memenuhi tenda. Peserta lain yang
memainkan peran sebagai kawanan Israel yang memembakkan peluru melemparkan bom
rakitan mereka. Tar tar tar. Dentuman bom mereka memekakkan telinga. Smoke
bom yang dinyalakan membuat situasi seolah makin mencekam. Di atas panggung
tiga anak merintih, ketakutan, kebingungan, kekacauan, kegelisahan dengan
situasi itu. Kawanan Israel melemparkan peluru mengenai kawanan Palestine. Tenaga
medis berdatangan menolong mereka. Situasi berbalik, Palestine menyerang dan peluru
mengenai kawanan Israel. Penyanderaan Israel menandai drama akan segera
berakhir. Drama yang mengangkat tema penyerangan Palestine ini berlangsung sekitar 5 menit itu mendapat apresiasi, tepuk
tangan yang meriah, dari hadirin.
Setelah drama berakhir, pembawa acara menutup acara malam hari itu dengan bacaan Hamdalah. Santri segera meninggalkan pelataran masjid, mengingat waktu telah menginjak tengah malam, dan sudah saatnya istirahat.
Post a Comment for "Qothrol Ghois, Imrithi, dan Drama Menggemparkan Panggung Akhirussanah"
Post a Comment