Susah Dinasehati Manusia, Alam Pun Tak Segan Bertindak
sumber: https://www.ayojakarta.com |
Gerimis membangunkanku dari mimpi semalam. Dinginnya udara cukup mengusikku. Kucukupkan istirahat dan bergegas ke kamar mandi tuk membersihkan diri secukupnya. Kulangkahkan kaki kecil menuju masjid meskipun enggan mengelayuti tubuhku. Konsekuensi membuatku memutuskan ke masjid. Netra yang belum sempurna, terkantuk-kantuk syahdunya suasana.
Gerimis makin rapat, kuterabas saja
demi waktu yang mengejar. Alhasil, sedikit basah kainku meski sudah berusaha
melewati pinggiran rumah. Jiwa malasku tak sudi kulayani. Kusiapkan diri tuk
mengaji. Namun sayang, hujan deras mengguyur seketika. Aku yang sudah siap
sedikit kecewa sebab aku tak memiliki payung. Tekad sudah bulat membuatku tak
mundur. Aku melangkah mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuhku dari terpaan
air suci itu.
Tepat sekali, dua orang anak tengah
menyiapkan mantel tuk berangkat. Kuputuskan saja tuk bergabung dengannya. Yap. Langsung
saja aku masuk di tengah. Sedikit sulit memang karena jalan tak kulihat dan
hanya berpatokan pada dia yang di depanku. Tetesan air kurasakan di belakang
kakiku. Dingin. Aku tidak paham itu aliran air suci atau aku sendiri yang
kurang bisa menjaga jalanku.
Tak butuh waktu yang lama, aku telah
sampai di depan masjid. Aku cukupkan menumpang sampai sana. Keduanya hanya
sampai sana memang, aku tinggal maju sedikit saja.
Kutengok bawahannku. Uh. Benar saja
aku merasa dingin di kakiku. Abu tua mewarnai bawahanku. Yap tepat sekali. Bawahanku
basah. Aku ingin kembali menukar bawahanku, namun di depan ada abah dan seorang
guruku. Ada rasa yang tidak enak jika aku memutuskan kembali.
Kedua temanku menyarankan untuk
meniti teras masjid. Namun ada rasa yang kurang pas hingga aku tak melakoninya.
Bodoh sekali diriku.
Seorang guru mengenakan payung dan
menawarkan padaku. You know, betapa takutnya diriku. Kuberlari menerabas
guyuran hujan. Tap tap tap. Air yang menggenang semata kaki kuinjak dengan
keras menambah bahas bawahanku mungkin. Abah menasehatiku dengan nada tinggi, sebab sudah berkali-kali diingatkan. Memang
aku yang salah. Aku terlalu bandel dan bodohnya aku melakukan kesalahan tepat
di depan beliau. Saking takutnya diriku, aku hanya nyengir kuda dan langsung
masuk.
Hahahaha…. Tak berapa lama dingin
menyerang tubuhku, terutama kaki. Tahan tahan dan tahan. Hingga akhirnya aku
mengajak seorang teman untuk pulang dan aku menukar bawahanku.
Aku pikir, aku perlu membenahi diri
agar tidak terburu-buru dan menempatkan sisi bandelku di waktu yang pas. Pagi yang
cukup berkesan. Pelajaran terbaik adalah melalui pemahanan rasa dan pengalaman.
~in memory 30 March 2021~
wah mantap gan
ReplyDelete
ReplyDeleteWeb Kesehatan
Web Kesehatan
Web Kesehatan