Dari Pojok Kanan Atas
Aku, sang pembelajar yang masih awa
dengan dunia dan sekitarnya, harus merantau di kampung sebelah. Aku sebut saja
merantau sebab aku harus mengangkat kaki dari rumah orang tuaku. Alex namaku.
Entah karena apa namaku tidak mencerminkan nama jawa meskipun aku jawa tulen.
Singkat cerita, aku lulus dari SMA. Ujianku cukup
memuaskan tetapi ada hal yang kurang, ambisiku tidak dibarengi dengan usahaku.
Aku terlalu menggampangkan. Alhasil, aku terjatuh di tempat yang tidak aku
harapkan.
Kegagalanku tidak membuatku patah
dan berhenti. Aku memutuskan studiku dibarengi dengan pendalaman ilmu agama.
Ya. Aku menginap di pesantren. Pesantren yang kini aku huni.
Ekspetasiku tak semenyaramkan
realitanya sekarang. Awalnya, aku kira aku tak bisa keluar, tapi sekarang
dengan mudahnya aku berkelana di manapun. Bahkan bisa kukatakan aku lebih bebas
di sini. Santai. Kesan pertama yang aku dapatkan. Aku bisa menghabiskan waktu
untuk diri sendiri.
Namun, dibalik semua itu ada yang
harus aku benahi. Santai, satu kata yang menguji nafsuku. Aku bahkan terbuai
dengan kata pendeknya itu. Seperti baru pertama melihat dunia, santai membiusku
sejauh ini. Semua dilakukan sekenanya. Tanpa usaha lebih, seadanya. Seakan
sebagian diriku menguap dan enggan kembali.
Aktivitasku banyak berubah. Yang
awalnya bersahabat dengan lingkungan kini lebih akrab dengan selimut. Aku
berada di dua pilihan yang cukup sulit. Aku ingin seperti dahulu namun cukup
sulit untuk membawa diriku yang sudah terlanjur nyaman.
Hingga suatu pagi, aku duduk seorang
diri di bangku pojok kanan atas. Sembari mengamati awan yang menari dan sang
mentari yang menggeliat naik. Kucari kenyamanan di sana, saat hatiku tak
keruan. Namun aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku. Kuputar
playlist music kesayanganku pelan menemaniku dalam kesendirian. Entah pertanda
apa yang melintas dibenakku, aku membuka sosial mediaku dan melihat beranda
yang dipenuhi kawan-kawanku dulu. Dunia mereka tampak asyik dan tak jauh dari
ekspetasi mereka. Berdesir tubuhku seolah ada yang menolak dari tubuhku. Lantas
kututup kembali dan menikmati pagi. Namun hal itu masih terngiang dalam
benakku. Manikku berlari ke sebuah tempat yang aku impikan dulu.
Pagi berganti malam. Hari berganti
hari. Hingga jiwaku kembali pada ragaku. Ada yang salah dengan diriku. Ada hal
yang bukan aku menempel dalam diriku. Setelah tersadar, aku mencoba
mengembalikan satu persatu. Aku sadar aku terlalu santai dan banyak hal yang
akan hilang dariku jika aku terlalu santai. Aku tak ingin kehilangannya lagi.
Aku kembali di tempat itu, bangku di
pojok kanan atas. Aku yang siap bergerak menyambut hariku dengan ambisi baru.
Aku pikirkan langkah kecil yang pantas aku lakukan saat itu, aku mulai
berselancar dalam imajiku. Imaji yang aku janjikan akan menjadi nyata.
Kubuka memori lama, aku pernah
berjanji pada seseorang untuk bertemu dan membawa hasil petualangan ini. Pada seseorang
yang belum tau kapan akan jumpa lagi. Pada insan di seberang sana.
Detik itu kuputuskan, di sini, di
pojok kanan atas.
Post a Comment for "Dari Pojok Kanan Atas"
Post a Comment