anugrah berbalut musibah
Sampai detik ini, Tuhan membiarkan kita bangun bersama pagi
bersama menggeliatnya fajar. Kesempatan masih senantiasa diberikan-Nya pada diri
ini yang masih saja meragukan-Nya, padahal sebegitu baiknya Dia pada diri ini.
Setiap hari melangkahkan kaki, menjejakkan kaki di tiap
sudut bumi, menjemput impian dan harapan yang menggaung di kala malam. Optimis,
ragu, senang, lara, duka, marah, benci, cinta, dan berbagai rasa lain yang
sengaja Kau selipkan di hati sehingga hari-hari yang dilalui memberikan kesan
yang berjuta.
Alangkah senangnya jika dalam hari itu berjumpa dengan sang
terkasih. Duduk bersama di sudut kota, menikmati kesibukkan tiap insan tuk
menjemput rizkinya. Dunia seindah itu
dinikmati bersamanya. Tawa kecil menyela dalam obrolan ringan dengannya.
Sungguh indah dunia ketika bersamanya.
Kaki melangkah kembali ke peraduannya. Usapan air suci
dengan segarnya menyapu wajah lelah setelah setengah hari menjalankan
aktifitas. Hamparan karpet menutupi lantai suci. Bersimpuh mengutarakan suara
hati yang tak bisa diutarakan pada makhluk. Mengistarahatkan roh yang lelah
mengikuti raga, sang pemberontak.
Ketentraman sedikit datang kembali. Membayang, mengikuti ke
manapun raga ini melangkah. Namun, ekor mata ini mengajak menandang di ujung
jalan. Hancurnya dunia melihat pengkhianatan sang terkasih dengan mata sendiri.
Lemas, hilang gairah, merenung, menangis, menghibur diri, menyendiri, mencari
ketenangan jiwa, dan upaya lain yang sekiranya bisa mengobati. Tapi nihil.
Diri ini belum siap menerima musibah sedalam ini. Hati yang
dijaga pergi meninggalkan tanpa pamit. Menyisakan tanda tanya yang tak kunjung
datang jawaban. Derai air mata senang sekali menghampiri ketika diri ini
sendiri. Menghantui gerak tangan. Menaburkan serbuk ke indra pembau. Salah apa
diri ini sampai Tuhan tega menimpa diri ini dengan musibah seperti ini. Gairah ibadah
mulai menyusut, monster kemalasan siap menyerang diri ini yang lemah iman.
Hari berlalu sangat lama. Tiap sudut hanya dia yang
membayangi diri ini. Setan berdatangan merayu. Musibah menimpa ketika diri ini
belum siap menerima. Sepasang kaki ini tak tau mau ke mana arah yang hendak
dituju. Tak tau tempat berpulang menyerahkan diri. Mengukur jalan tiada ujung
hingga raga ini lelah.
Namun betapa baiknya Tuhan, menunjukkan tempat kecil yang di
dalamnya terdapat jiwa-jiwa yang membalikkan pandangan diri ini. Baiknya Tuhan,
tak enggan membiarkan diri ini jatuh kejurang kenistaan karena jauh dari-Nya.
Baiknya Tuhan, masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki lagi. Merajut asa
dan meniti jalan lain yang tak kalah indahnya. Mendapat arti hidup yang lain
yang belum sempat diri ini paham akan maksudnya. Semuanya, karena baiknya Tuhan
pada diri ini.
Diri ini menganggap musibah yang menimpa diri ini adalah
cobaan. Namun, ketika diri ini menoleh lagi ke belakang, Tuhan memberikan
anugerah tanpa disadari. Tuhan memberikan sesuatu lewat sesuatu yang tak pernah
diri ini sangka.
Salam ukhwah, perkongsian yang menarik.. salam kenal dari Malaysia, jemput singgah blog saya www.sishawa.com
ReplyDelete