Kebiasan Tabarukan Santri
nuruliman1992.com - Sudah menjadi kewajiban bagi seorang santri ketika ia menimba ilmu agama dalam Pesantren, selain niat mengaji untuk memperdalam khasanah ilmu agama dan sosial, pastilah "ngalap berkah" adalah keniscayaan yang tak bisa terelakan. Karena mutasilnya ilmu itu sangatlah tergantung pada keridloan Ilahi melalui ridlonya Sang Kyai / Guru. Hal ini lebih familiar dalam kalangan santri biasa disebut Tabarukan. Bahkan Syekh az-Zarnuji menandaskan, “Siapa yang menyakiti gurunya, maka ia pasti terhalang keberkahan ilmunya, dan hanya sedikit saja ilmunya bermanfaat.” ( Ta'limal Muta'alim ).
Setiap santri dalam berkreasi untuk mencari keberkahan ilmu dan sang kyai berbagai macam cara bahkan banyak orang umum menganggapnya di luar akal, karena bagi seorang santri keberkahan ilmu dan Kyai bisa di dapat dalam majlis ilmu, atau apapun di Pesantren bisa dijadikan ladang Tabarukan. Berebut barokah bahkan menjadi salah satu hal yang paling unik di kalangan santri, pokoke ngalap barokah intine sesuai dengan kemantapan hati meski banyak orang tidak sependapat bahkan banyak yang nyinyir, tapi itulah santri yang sangat yakin bahkan sampai tingkatan haqul yaqin wa 'ainul yaqin.
1. Sandal / Menata Sandal Sang Kyai
Saya kira bagi seorang yang pernah merasakan hidup dalam pesantren, akan sangat sepakat dengan yang satu ini yakni menata sandal Sang Kyai wa ahlihi. Terkadang "Rebutan" juga menjadi tradisi hanya untuk Taarukan bina'lain. Koq bisa begitu yakin yah?? Gerutu para kaum orientalis normatif yang lebih mengedepankan rasio ketimbang keyakinan bahkan feelnya.
ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ * ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪ
Alas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta, dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.
( Jawahirul Bihar Lil Asy Syaih Yusuf bin Ismail An Nabhani )
التبرُّكُ بالنَّعلين من الوليِّ أفضلُ منه بغيرهما لأنهما يَحمِلانِ الجُثَّةَ كلَّها . ( الفوائد المختارة : ٥٧٠ )
Ngalap berkah melalui sandal seorang wali lebih utama dari pada dengan selainnya. Karena sandal di gunakan untuk membawa jasad seutuhnya.
Inilah kenapa para santri di Pesantren berebut untuk menata sandal Kyai bahkan para tamunya, semata -mata hanya untuk mencari keberkahan dan ridlo kyai yang bisa menjadikan ridlo Ilahi sampai padanya, karena Ulama adalah pewaris Nabi Muhammad SAW dalam hal ilmunya.
2. Sisa Makanan dan Minuman Sang Kyai
Sudah bukan rahasia umum lagi ketika Kyai selesai makan dan minum, maka sisa dan bekasnya akan menjadi barang paling favorit untuk diperebutkan. Piring bekas yang digunakan makan seorang kyai, akan ditunggui bahkan diperebutkan santri untuk dikasih air dan kucek kemudian diminumlah sisa makanan beserta air tersebut. Apalagi air sisa dalam gelas yang diminum Sang Kyai itupun juga akan menjadi incaran seluruh santri, hingga semboyan Siapa cepat dia yang dapat sangat melekat dalam hati seorang santri, semata hanya ingin mendapat barokah ilmu melalui sisa minuman yang telah diminum Kyai, Bukan karena rakus, bukan pula kelaparan. Buktinya, mereka yang kalah cepat mendapatkan sisa tersebut, masih bisa meminta bagian sedikit kepada rekannya yang lebih dulu mengambil. Sekali lagi, sisa makanan dan minuman orang saleh diyakini mendapat keberkahan. Hal semacam ini pernah dialami oleh Imam Syafii dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Jangankan sisa makanan, bahkan dalam Mausu’ah al-Yusufiyyah, juz VI, hal 18, diceritakan bahwa Imam Syafi’i meminum air rendaman baju Imam Ahmad yang masih terbilang muridnya untuk bertabaruk.
Sebaliknya, Imam Ahmad pun melakukan hal yang sama terhadap baju Imam Syafi’i yang disimpannya. Itu air basuhan baju, apalagi sisa makanan yang jelas masih lebih enak, tentu para santri tak menyia-nyiakannya. Hitung-hitung tabarukan sambil mengisi perut.
Ngoten nggih Kang 😁😁😁
3. Tegesan / Puntung Rokok Kyai
Bagi para santri yang memiliki Kyai perokok, ada lagi sasaran benda yang jadi bahan rebutan, yaitu Tegesan atau puntung rokok Kyai. Sama seperti halnya sisa makanan dan minuman yang diharapkan jadi jalan berkah, dengan alasan yang sama para santri mengicar sisa rokok Kyai.
Di pesantren yang Kyainya merupakan perokok, ada saja cara para santri untuk mendapatkan sisa rokok kiai. Ada yang sambil membersihkan halaman ndalem sambil mencari kalau-kalau puntung rokok Kyai dibuang di sudut halaman. Biasanya tegesan rokok tsb dikimpulkan kalau sudah agak banyak, kemudian disatukan sisa tembakaunya terus dilinting ulang dengan padud atau klobot (kulit jagung). Selain untuk ngalap berkah, lumayan buat mengurangi anggaran belanja alias ngirit kiriman.
Dalam kurun waktu berdirinya Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, saya mengingat beberapa santri yang sangat suka dengan hal-hal diatas, Eyang Rohman, kang Karman Kebumen, Kang Yasin Purbalingga , Kang Muslimin yang masih nyantri dan masih banyak santri lagi di setiap generasi yang mereka hampir melakukan hal tsb. Padahal hal tsb tidaklah tersurat bahkan diajarkan, tapi itulah jalan santri untuk mencari dan mendapatkan keberkahan ilmu dan Kyai agar wushul himmah mereka mendapat ilmu yang manfaat dan barokah tentunya.
Sekian dulu saja, semoga bermanfaat. Dan apakah jalan keberkahan yang kau tempuh semasa di Pesantren Kang, mbak Santri??
Karena Keyakinanmu akan menuntun jalan kesuksesanmu di masa yang akan datang
Pasir, 12 September 2018
Salam ta'dzim
M. Luqman Miftahul M
Post a Comment for "Kebiasan Tabarukan Santri"
Post a Comment